Kramaning Sembah
|
Sembahyang dilakukan umat untuk memuja Tuhan.
Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa,
dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan
hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan
rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh
apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna
yang terkandung dari setiap langkah dan cara.
Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah
ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.
|
Persiapan sembahyang
|
|||||||||||||||||
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan
persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan
nafas dan sikap tangan.
Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut: |
|||||||||||||||||
|
Urut-urutan Sembahyang
|
||||||
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri
ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku
adalah seperti di bawah ini:
|
||||||
1. Sembah puyung (sembah dengan
tangan kosong)
|
||||||
|
||||||
2. Menyembah Sanghyang Widhi
sebagai Sang Hyang Aditya
|
||||||
|
||||||
3. Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata
pada hari dan tempat persembahyangan
|
||||||
Ista Dewata
artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista
Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma,
Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu
mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan
tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati
dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan
stawa-stawa yang lain pula.
Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut: |
||||||
|
||||||
4. Menyembah Tuhan sebagai Pemberi
Anugrah
|
||||||
|
||||||
5. Sembah puyung (Sembah dengan
tangan kosong)
|
||||||
|
||||||
Tirtha
Tirtha
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu.
Pada umumnya tirtha itu diperoleh melalui dua cara, yaitu:
Adapun tirtha yang digunakan setelah selesai sembahyang
adalah tirtha wangsuh pada Ida Bhatara. Tirtha ini dipercikan di
kepala, diminum dan dipakai mencuci muka. Hal ini dimaksudkan agar pikiran
dan hati orang menjadi bersih dan suci, yaitu bebas dari segala kekotoran,
noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya. Kebersihan dan kesucian hati adalah
pangkal ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan lahir bathin.
Mawija atau mabija
dilakukan setelah usai mathirta, yang merupakan rangkaian terakhir dan
suatu upacara persembahyangan. Wija atau bija adalah biji beras yang dicuci
dengan air bersih atau air cendana. Kadangkala juga dicampur kunyit (Curcuma
Domestica VAL) sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning.
Bila dapat supaya diusahakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak
patah (aksata).
Wija atau Bija
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar