Kalki Avatar
Kalki
(juga disalin sebagai Kalkin dan Kalaki) adalah awatara kesepuluh dan awatara (inkarnasi) terakhir Dewa Wisnu Sang pemelihara, yang akan datang pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran).
Kata
Kalki seringkali merupakan suatu kiasan dari “keabadian” atau “masa”.
Asal mula nama tersebut diperkirakan berasal dari kata Kalka yang
bermakna “kotor”, “busuk”, atau “jahat” dan oleh karena itu "Kalki"
berarti “Penghancur kejahatan”, “Penghancur kekacauan”, "Penghancur
kegelapan", atau “Sang Pembasmi Kebodohan”. Dalam bahasa
Hindi, kalki avatar berarti “inkarnasi hari esok”.
Berbagai
tradisi memiliki berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana,
di mana, dan mengapa Kalki Awatara muncul. Penggambaran yang umum mengenai
Kalki Awatara yaitu beliau adalah Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa
sumber mengatakan nama kudanya “Devadatta” (anugerah Dewa) dan
dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang
digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali, kemudian menegakkan kembali Dharma dan memulai zaman yang baru.
Salah
satu sumber yang pertama kali menyebutkan istilah Kalki adalah Wisnu Purana, yang diduga muncul setelah masa Kerajaan
Gupta sekitar abad ke-7 sebelum Masehi. Wisnu adalah Dewa pemelihara dan pelindung,
salah satu bagian Trimurti, dan merupakan
penengah yang mempertimbangkan penciptaan dan kehancuran sesuatu. Kalki juga
muncul di salah satu dari 18 kitab Purana yang
utama, Agni Purana. Kitab purana yang memuat
khusus tentang Kalki adalah Kalki Purana. Di
sana dibahas kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa Kalki muncul.
Membuka Wawasan Pikiran Kita
Beberapa
orang meyakini bahwa filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan
dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari
setiap perkembangan zaman yang terjadi. Matsya
Awatara merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air. Kurma Awatara menunjukkan perkembangan selanjutnya,
yakni munculnya hewan amphibi. Waraha Awatara
melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat. Narasimha
Awatara melambangkan dimulainya evolusi mamalia. Wamana Awatara melambangkan perkembangan makhluk yang disebut
manusia namun belum sempurna. Parashurama Awatara,
pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang
sempurna. Rama Awatara melambangkan peradaban
manusia untuk memulai pemerintahan. Krishna Awatara,
yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan
kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata alat
pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian. Buddha Awatara, yang mendapatkan pencerahan,
melambangkan kemajuan sosial manusia.
Awatara
yang turun ke dunia juga memiliki makna-makna menurut zamannya: masa para Raja
meraih kejayaan dengan pemerintahan Rama Awatara pada masa Treta Yuga, dan keadilan sosial dan Dharma
dilindungi oleh Sri Kresna pada masa Dwapara Yuga.
Makna dari turunnya para Awatara selama masa Satya
Yuga menuju Kali Yuga juga menunjukkan
evolusi makhluk hidup dan perkembangan peradaban manusia.
Awatara-awatara
dalam daftar di atas merupakan inkarnasi Wisnu,
yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai
kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi,
Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar
terus berjalan seimbang. Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang
berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.
Filsafat
Catur Yuga yang merupakan masa-masa yang
menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut:
- Satya Yuga,
dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
- Treta Yuga, dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
- Dwapara
Yuga, dilambangkan dengan seseorang
membawa busur panah dan kapak
- Kali Yuga, dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang,
dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Jika
deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing zaman memiliki
makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat manusia. Pada
masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar, bahasa, ritual
(yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga, manusia memiliki
kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa yang ketiga, manusia
memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran
perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir
dari peradaban manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar